REFLEKSI JELANG PILKADA (Bagian1)

http://beranygagal.blogspot.co.id/

Saat musim pilkada tiba mulailah bermunculan berbagai berita, terlepas dari benar atau tidak benarnya berita tersebut pasti langsung dibaca oleh semua orang, bahkan tanpa mencari tahu keabsahan berita tersebut terkadang kita langsung membuat penilaian. Keadaan seperti inilah yang sering dimanfaatkan oleh sang pembuat berita. Seperti membeli buah mangga di pasar sang penjual pasti mengaku bahwa buanya masak di pohon, atau si penjual ikan yang mengatakan bahwa ikannya masih segar lho, baru ditarik nih, tarik dari laut apa daricoolbox yang penuh dengan es batu, hahahaha. Dan masih banyak kebohongan atau ketidakjujuran yang dilakukan oleh penjual agar barang dagangannya bisa laku.

Pilkadada Jaman Now orang mulai menjual program yang diusung oleh kepala daerah melalui media online, berbagai situs dibuat, group-group di facebook, twitter, WA dan lain-lain termasuk membuat akun-akun palsu dibuat untuk menjual program-program sang calon kepala daerah bahkan menjual berita tentang pribadi sang calon.

Jelang pilkada sering pula dimanfaatkan oleh sekelompok orang untuk mengumpulkan rupiah dengan menyebarkan berbagai berita hoax, ada juga Yudas Jaman Now, hehehe makan untung dobble.

Jelang pilkada juga menambah satu lagi musim di alor, selain musim panas dan musim dingin, munculah satu musim lagi yang namanya musim ketidakjujuran alias musim kebohongan. Kejujuran menjadi hal yang langka jelang pilkada, padahal kejujuran sudah diajarkan sejak kita masih kecil, saat dibangku sekolah, bukankan semua agama mengajarkan tetntang pentingnya sebuah kejujuran?

Akhir-akhir ini kita melihat ketidakjujuran berkembang dengan begitu pesatnya, berita hoax mulai bertebaran, belum musim kampanye, tapi kampanye hitam marak dimana-mana yang berakibat munculnya saling tuding, saling fitnah dan caci maki. Sebuah fenomena yang bertentangan dengan harapan akan hadirnya masyarakat yang jujur.

Pertanyaannya adalah sampai kapan kita menantikan hadirnya masyarakat yang jujur? Sampai kapan kita harus menunggu sebuah pemerintahan diawali dengan hal yang jujur? Siklus ini tidak akan pernah berhenti jika bukan kita, orang yang sudah “dewasa” berinisiatif untuk menghentikannya. Bersambung…..